Jumat, 24 Oktober 2014

Lika-Liku Job Seeker Seorang Guru

Lega sekali hati ini karena pada 7 Februari 2014 saya dinyatakan lulus dengan hasil yang .... Alhamdulillah tidak mengecewakan dan ceritanya resmi bergelar S.Pd (senangnyaaa....). Senyum sumringah ini saya tunjukkan kepada orangtua saya sambil memberikan surat hasil sidang setibanya pulang ke rumah. Tak hanya itu, kebanggaan luar biasa terpancar dari wajah orang tua ketika saya di wisuda 28 April 2014. Tapi dibalik semua itu ternyata ada perjuangan berat yang sebenarnya tidak cukup dinyatakan dengan selembar ijazah, terlebih lagi saya kuliah reguler sambil ngajar, jurusan yang diambil pun agak rumit terlebih ketika skripsi,itulah jurusan bahasa.

Selesai dengan tetek bengek revisi hasil sidang sambil menunggu ijazah keluar mulailah saya jadi job seeker. Sebenarnya saya sudah bekerja di salah satu SD Negeri cuma ya karena saya sudah lulus kuliah dan gajinya itu miris sekali, ya tidak ada salahnya juga mencari lagi. Awalnya saya buat akun jobstreet dan apply ke beberapa loker sekolah / tempat les dan kira-kira seminggu atau dua minggu kemudian ada beberapa telepon. Kaget juga dan baru sadar loker itu bertempat di Jakarta dan saya belum punya nyali untuk berangkat sendiran. *tepok jidat

Akhirnya saya mulai mengirim lamaran ke beberapa tempat di sekitar lokasi saya tinggal dan juga di sekitar Bogor Kota (khusus yang ini mencari loker sama teman) ada yang melalui via pos maupun datang langsung. Jika dekat lebih baik datang langsung agar menguji nyali juga ketika melamar.

Beberapa tempat yang saya apply diantaranya tempat kursus Ey* Lev** (sampai saat ini tidak ada panggilan tapi menurut teman yang pernah ngajar di sana katanya sih kurang enak suasananya walaupun gajinya lumayan buat fresh graduate), Kum** Villa Duta dan Plaza Niaga (dapat panggilan dari dua tempat itu tapi saya urungkan niat karena fee nya itu), Sma** Plu* (diterima), Simp** (diterima), adapun sekolah Glob** Mandi** (sekolah elit ini, malam apply masa paginya langsung ditelepon untuk interview tapi saya cancel ketika tahu jika kerja disini ijazah ditahan dan jika keluar sebelum kontrak kena penalty), Internasional Bin* Insa** (melamar jadi guru SMP/SMA berhubung pengalaman kerja di SD malah ditawarkan jadi guru kelas SD juga, saya cancel), Bogo* Ra** (ga ada panggilan), Al-Taq** International Islamic School (nanti saya ceritakan), SD/SMPIT At-Tauf** (ini sih murni nemenin teman melamar, pas ada panggilan saya tidak datang karena kalau pun diterima ngajar disana cape lumayan jauh kalau naik motor, lokasinya jauhan Bin* Insa**. Anyway, selamat untuk temanku yang sudah ngajar disana), SMP PGRI .... (lupa nama sekolahnya, ga ada panggilan karena saya dan teman melamarnya ketika awal tahun ajaran dan gurunya sudah full)

Ketika libur sekolah pada bulan Juli, saya baru terfikir hanya dapat tempat kursus dan bukan sekolah. Teman saya sudah dapat tapi saya masih saja mengajar di sekolah yang lama. Ternyata saya dapat panggilan dari Al-Taq** International Islamic School padahal saya melamar sudah dua bulan yang lalu. Dari mulai wawancara full English, isi formulir, microteaching dan interview dengan pimpinannya yang non Indonesian saya lalui dengan baik. Akhirnya saya dinyatakan diterima walaupun melenceng dari lamaran awal yang saya ingin yaitu Secondary Teacher, lagi-lagi karena alasan pengalaman kerja jadi mereka melihat saya lebih berpotensi jadi Primary Teacher.Jadi ingat dulu, ayah saya sempat mengusulkan untuk melamar di sekolah ini.

Tak semulus yang dibayangkan, ketika saya mengkonfirmasi ingin pindah kepada pimpinan di sekolah tempat saya bekerja ternyata tidak setuju katanya saya kan memegang administrasi BOS sampai bilang nanti saya taikkan gajinya. Serba salah saya waktu itu, diberi keputusan konfirmasi oleh pihak Al-Ta*** hanya satu hari. Saya berfikir sekolah Al-Ta*** gajinya tidak terlalu mengecewakan, dapat makan siang, ngajarnya full English pula, ada mobil jemputannya yang lewatin rumah, jaraknya pun hanya 20 menit dari rumah serta pengalaman baru merasakan mengajar anak-anak dari kalangan elit. Difikir kembali, saya dapat pekerjaan di Al-Ta*** karena melihat pengalaman di sekolah yang saya ajar saat ini selama lima tahun jadi serasa tidak pantas meninggalkan sekolah secara tiba-tiba. (Saat itu sekolah sedang libur panjang).

Deal, sudah meminta pendapat dan salat istikharah tapi kenapa saya merasa masih bingung. Diambilah keyakinan untuk tetap mengajar di sekolah yang lama. Saat itu gaji yang ga seberapa bertambah karena guru honor di kecamatan saya mendapat tunjangan kesehatan setiap bulannya. Akan tetapi kekecewaan itu datang ketika atasan kurang menghargai pengabdian saya, gaji saya hanya dinaikkan Rp 75000 oleh kepala sekolah sedangkan gaji yang ditawarkan kepada saya di Al-Taq*** hampil 3x lipat di banding gaji sekolah serta tunjangan kesehatannya. Saya bertanya pada hati nurani yang paling dalam. "Di manakah hatimu atasan?" Uang memang bukan segalanya tapi ketika kalian ada di posisi saya, kalian tahu apa yang saya rasakan.

Selain itu, honor mengerjakan laporan BOS itu tidak sesuai. Kenapa saya tahu? Laporan BOS itu dikerjakan oleh bagian kantor dibayar lebih dibandingkan dikerjakan oleh saya yang jelas-jelas guru di sekolah tersebut. Waallahu a'lam 

Setelah sekolah aktif pada bulan Agustus, ya saya masih mengajar di sekolah yang lama dan siangnya mengajar les di Sim*** ternnyata setelah diakumulasikan dengan penghasilan mengajar les cukup lumayan. Prinsipnya simpel "Sebesar apapun uang yang kita dapat pada dasarnya tidak akan cukup dengan kebutuhan dan keinginan kita kecuali kita selalu bersyukur". Oh ya, ada satu tempat les yang menerima saya namun entah kenapa saya hingga saat ini saya hanya dapat panggilan mengajar sekali dan tidak ada jadwal jelas hari dan jam saya harus mengajar. Sma** Plu* is not reccomended menurut saya.

Dari akhir Oktober hingga saya jadi job seeker lagi, serasa bosan dengan profesi guru saya melamar ke beberapa bank dan sempat ikut job fair. Beberapa sekolah elit yang berbeda dari sebelumnya saya sempat apply lamaran, namun sepertinya menjelang tahun ajaran baru adalah waktu yang tepat melamar ke sekolah, intinya ya saya melamar bukan pada waktunya. Oh ya dari beberapa lamaran ke bank, ada lamaran yang tembus sehingga saya sempat dipanggil dan interview namun ditawarkan bagian marketing. Serasa urat nadi saya tidak bisa putus, akhirnya saya cancel pada bagian marketing padahal gajinya lumayan sekali jika saya berhasil memenuhi target penjualannya. Untuk yang lainnya belum ada panggilan hiks, hiks.

Pertanyaannya "Menyesalkah masih berkutat di sekolah yang dulu?" tentunya tidak karena Allah tahu kenapa saya harus di sini sampai saat ini. Ternyata tunjangan kesehatan selama dua bulan (sekitar April dan Mei 2014)  baru dikeluarkan pemerintah bulan ini dan yang lebih mengharukan tunjangan kualifikasi baru keluar dan ternyata SK yang jatuh pada bulan Maret 2014 bisa dicairkan padahal sekarang kan bulan Oktober. Untuk selanjutnya ya saya tetap jadi job seeker karena masih ingin menggali pengalaman, mencari pekerjaan sesuai passion atau pekerjaan dijadikan passion, entahlah.... dan bonusnya jika saya berprestasi penghasilanpun bertambah. Amiin... Oh yaa, semoga pimpinan di sekolah saya dibukakan pintu hatinya bukan hanya terhadap saya tetapi terhadap guru yang lain juga di sekolah kami, setidaknya bukan hanya penghasilan lebih yang saya cari tetapi kenyamanan dalam bekerja itu penting!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar