Minggu, 18 Mei 2014

Kapan Kamu Menikah?

Entah ini postingan aneh atau nyeleneh, pastinya mengisi kekosongan setelah kelulusan dengan kata lain resmi jadi pengangguran setengah hari. Selain itu menjawab rasa penasaran pertanyaan dari kerabat, teman bahkan para fans atau seseorang yang pernah saya tolak hihi. Di usia saya yang ke 23 semua sepertinya 'kepo' tentang masalah "KAPAN MENIKAH?" Saya yakin teman-teman seusia saya bahkan di atas saya dilanda permasalahan ini.

Jika mengingat riwayat teman-teman SD yang hampir semuanya sudah menikah dan punya anak, teman-teman SMP dan SMA yang bisa dihitung seperempatnya sudah menikah, untungnya teman sekelas kuliah belum ada yang nikah kecuali dua orang yang ketika awal kuliah pun mereka sudah menikah. Jadi, kenapa harus ribet kan teman-teman pun masih banyak yang jomblo walaupun setiap datang undangan pernikahan beberapa teman, apalagi teman dekat rasanya  kabita.

Desakan dari orang tua untuk menikah? Alhamdulillah ortu bukan tipe seperti itu, apalagi mereka tahu jika saat ini saya sedang gencar-gencarnya melamar pekerjaan lagi. Bosan juga setelah lima tahun berkutat dengan pekerjaan yang sama. Maklum, Februari lalu saya sedang bahagia-bahagianya setelah dinyatakan lulus sidang dan sekarang sedang galau - galaunya memilah - milih pekerjaan yang cocok serta diinginkan.

Bagaimana dengan pacar? Halooo.... wanita mana yang tidak bahagia jika tiba-tiba sang calon menyatakan keseriusannya unntuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi biasanya sambil mengeluarkan cincin seraya berkata Would you marry me? Apalagi misalnya sang calon karirnya mapan, ibadahnya rajin, ngajinya tak diragukan lagi, ganteng bak artis, anak presiden/mentri/pejabat/pengusaha ternama/kyai/ustad. Semua serba tersedia, rumah tersedia, kendaraan tersedia, kebutuhan hidup tersedia, dll. #penulis adalah korban sinetron.

Menurut saya pribadi, mungkin sampai saat ini saya belum menemukan sosok soulmate itu. Kalaupun ada tentunya serius, saya rasa serumit apapun hubungannya atau seburuk-buruknya kondisi ekonomi insyaallah jika dibarengi niat yang kuat dari kedua belah pihak maka niat untuk menyempurnakan separuh agama bisa langsung terlaksana. Emang punya calon? Alhamdulillah ........

Fokus utama sebaiknya ditujukkan pada kehidupan pasca menikah karena jika membayangkan akad dan pesta pernikahan saja akan terlalu tabu. Remember, akhir hidup bukan sampai itu saja. Khususnya bagi para wanita yang berkarir, kehidupan berubah drastis melayani suami terutama jika mempunyai anak. Singkat kata, harus bisa membagi waktu antara keluarga dan karir.

Namun yang membuat saya termotivasi itu, ketika rekan kerja saya yang tentunya telah menikah berkata bahwa dengan menikah rezeki menjadi bertambah karena dibantu doa dari istri apalagi yang istrinya juga bekerja otomatis dua penghasilan dalam satu keluarga terlihat besar. Suami menjadi lebih bersemangat untuk bekerja. Ada tempat berbagi atau berkeluh kesah, masalah pun diselesaikan bersama. Surganya dunia. Ketika mendengar kata-kata itu tiba-tiba hati kecil berbisik "Jadi, kapan mau nikah?" Plakk, sadarrr!

Finally, pernikahan bukan hanya berpatok pada masalah usia. Kedewasaan dan kemandirian sangat dituntut apalagi jika memutuskan pasca menikah untuk tinggal pisah serta jauh dari orangtua entah itu mengontrak syukur-syukur punya rumah sendiri. Ini juga bukan masalah kamu berani untuk nikah dini karena malu sama tetangga atau kerabat yang kepo menanyakan nikah melulu? Malu, disangka perawan tidak laku? Faktor umur? These are BIG NO! Padahal orang yang sudah tua saja tidak pernah tuh saya dengar ada yang bertanya "Kapan mau mati?

Menikahlah dengan niat menyempurnakan separuh agama (ga kebayang kalau meninggal muda tapi belum menikah, *amit-amit) Intinya menikahlah dengan niat yang baik. Berbenah diri karena bisa jadi jodoh itu cerminan hidup kita.Thats all!

Sumber gambar 'Google'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar