Jumat, 04 April 2014

Berpetualang di kaki Gunung Salak

Libur hari raya Nyepi yang jatuh pada Senin, 31 Maret 2014 sungguh menjadi moment agak berbeda karena sebagai anak rumahan saya jarang liburan kemana-mana meskipun hari Minggu tiba. Singkat kata, saya akhirnya merasa senang bisa keluar dari rutinitas sehari-hari yang menjemukan.

Kawah Ratu adalah tempat tujuan liburan singkat kali ini, ingin rasanya jalan-jalan solo namun lagi-lagi karena saya anak rumahan, jadi tekad keberaniannya masih tipis. Beruntunglah, sang Raja mau menemani sang Putri bertualang walaupun dengan bujukan memaksa karena jenuh dan setelah penolakan berkali-kali karena Raja tidak pernah yakin bahwa Putri bisa berkelana di alam liar. Ehhh... dongeng sedikitlah!!

Begitu sampai di lokasi dan puluhan langkah kaki saya tempuh, tiba-tiba muncul pertanyaan yang saya sendiri sangat malas menjawabnya, apalagi pertanyaan ini diajukan oleh lelaki. "Pertama kali ke gunung ya?"
"Udah pernah dulu ke Gunung Tangkuban Perahu"
Praktis jawabannya tidak nyambung dengan pertanyaannya. Saya sangat tahu diri bahwa perjalanan kali ini adalah pendakian pertama saya, oleh karena itu saya sangat tidak suka pertanyaan itu karena jawabannya akan didapat jika saya bisa kembali dari perjalanan pertama saya ini dengan selamat.

Tidak terlalu banyak persiapan fisik yang saya lakukan untuk melakukan perjalanan ini, saya tahu mendaki gunung itu sangat melelahkan. Namun, tetap saja kegiatan ekstrim ini pasti banyak diminati oleh kaum muda, terutama mereka yang sangat menginginkan tantangan, butuh sesuatu hal yang baru dan mudah jenuh, lagi-lagi alasan terakhir itu adalah sifat saya.

Sebagai perempuan yang pasti mempunyai kekuatan fisik yang berbeda dengan lelaki, strategi jalan saya yaitu saya harus jalan terlebih dahulu di depan karena tahu sendiri kalau tidak begitu saya bisa tertinggal jauh, mengingat perjalanan kami hanya berdua saja. Berbekal prinsip, alon-alon asal kelakon. Jadi, biarlah perjalanan perdana ini, saya berjalan lambat seperti keong tapi harus sampai ke tempat tujuan. Namun, kenyataannya ketika bertemu dengan beberapa pendaki perempuan, langkah kaki saya masih jauh dari kata feminim langkah kaki mereka, hingga heran saya dibuatnya.

Kurang lebih empat hingga lima jam kami berjalan pulang pergi dari pintu gerbang pendakian hingga Kawah ratu. Then. I felt first amazing journey in the jungle. Niat adalah titik awal dan akhir dimana saya bisa memulai dan mengakhiri perjalanan melelahkan dengan sehat wal walafiat.

A Erik terima kasih sudah mau direpotkan dengan permintaan saya yang konyol sampai maksa-maksa ingin naik gunung walaupun saya tahu waktu libur bagimu adalah pengabdian terhadap hobi pramukamu. Perasaan senang atau tidak pada saat perjalanan ini adalah relatif bagi saya karena suasana ketika perjalanan berlangsung itu moodnya naik turun. Saya sebagai perempuan hanya ingin menyuarakan bahwasannya perempuan pun bisa berdiri tegak dengan mimpinya bahkan memeluk cita-citanya hingga terwujud tanpa peduli hambatan yang dikatakan orang lain padanya.
"Tak menyesalkah dulu kau tak mengajakku berpetualang aa?" Let's forget it!

Salam Rimba Kawah Ratu.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar