Senin, 27 Januari 2014

Napak Tilas Kebersamaan di Pulau Tidung

     Kaki saya sangat ingin melangkah menuju suatu tempat yang indah dan belum saya kunjungi, apa daya waktu dan kesempatan belum terlihat. Untuk mengobatinya, lets' flash back best memory in 2013.

   Silaturahmi saya bersama beberapa teman ke pondok tercinta tanpa disengaja membuahkan trip ke Pulau Tidung. Kawasan wisata ini kami pilih karena ada teman kami yang berasal dari sana sehingga memudahkan akses untuk berlibur.

17 Agustus 2013

Meeting Point
04.20 WIB
      Kami bergegas menuju stasiun Citayam karena ternyata perjalanan sepagi ini masih dinyatakan telat. Meeting point kami dimulai semalam di Citayam sekalian tidur gratis (*modus) di rumah teman sekaligus ketua perjalanan yaitu Subar. Saya, Erik, Yani, Mamet, Helmi, Rury dan Subar bertemu dengan teman kami Andri di stasiun yang telah memesankan kami tiket KA jurusan Kota Tua. Perjalanan dalam KA ditempuh kira-kira 1 jam. 
Suasana ramai dalam KA di pagi buta.
Para pria tangguh tidak dapat tempat duduk.
Stasiun Kota Tua dan Pelabuhan Muara Angke        
          Sesampainya di stasiun Kota Tua, tiba-tiba ada yang memanggil saya dengan panggilan yang khas.

"Depeeeee!!!!"

         Panggilan khas teman-teman pondok untuk saya dan panggilan itu adalah suara Nela dan Asih, rombongan pun bertambah. Tak jauh dari depan stasiun, kami menyewa angkot ke Muara Angke yang telah ditawar harganya.(*ngirit) Jarak tempuh kira-kira 20-30 menit. (Tolong koreksi kalau salah)
       Akhirnya, kami tiba di Muara Angke bersama rombongan yang bertambah. DJ, TM, Buluk dan Mul telah lama menunggu kami. Di tempat ini kami semakin sadar bahwasannya kami benar-benar kesiangan,  manusia-manusia yang haus liburan semakin bertambah sehingga bingung kami dibuatnya karena tidak tahu kapal kayu mana yang harus dinaiki. Muara Angke adalah sebuah pelabuhan dengan awal pemberangkatan wisatawan ke Pulau Seribu. Jangan harap Anda akan menemukan pemandangan indah di pelabuhan ini karena saya pun sampai tidak nafsu makan pagi di depan pemberangkatan kapal tempat ini. 


Suasana pelabuhan ketika peak season.
Menunggu itu sungguh membosankan, akhirnya sekitar pukul 08.00-08.20 kami berhasil menaiki kapal dengan cara yang kejam, berdesak-desakan. Kapal ini menurut kami, tidak memanusiakan manusia saking penuhnya & berdesak-desakan. Ini adalah transportasi terakhir menuju Pulau Tidung yang memakan waktu 2-3 jam.
Kiri ke kanan, Nela, Saya, DJ, TM, Asih, TM dan Yani saat di dek bawah kapal.
Pemandangan dek atas kapal dari samping. #penuhnya
Masing-masing dari kami mencari posisi enak dalam kapal. Candaan dan obrolan hangat di awal pemberangkatan sangat menyenangkan namun, lama-kelamaan sebagian dari kami tertidur.


"Tidur merupakan obat ampuh dalam perjalanan untuk mengatasi kejenuhan dan mabuk".(Quoted by Ayu Devika)

Setelah mata yang terpejam itu terbuka, akhirnya saya memilih berdiri dalam kapal (pegel banget kaki lesehan + tiduran) mencari spot terbaik untuk melihat pemandangan laut dan tak lama lagi kami sampai di pulau yang dinanti.

Pulau Tidung


Dramaga Pulau Tidung

     Kira-kira pukul 11.00 kami tiba di Pulau Tidung , sesampainya di dramaga kami bertemu Mute. Dia adalah teman dan pemandu wisata selama kami berada disini. Kamipun diantarkan ke tempat penginapan yang berjarak kira-kira 20-30 meter dari dramaga. Sayangnya, rumah penginapan kami membelakangi dramaga dan pantai sehingga pemandangan indah laut kurang nampak. Setibanya di penginapan kami langsung makan siang, makan bersama kali ini sangat nikmat karena perut saya benar-benar kosong dengan makanan sejak pagi buta.

13.00 WIB
Seusai ishoma, meskipun dengan cuaca panas di siang hari kami nekad mengunjungi spot-spot utama di pulau ini dengan sepeda yang telah tersedia di depan penginapan. Masih teringat jelas kala itu teman-temanku khususnya perempuan berebutan sepeda berwarna pink termasuk saya hhehe. Selain sepedanya bagus yaa sok girly gitu dehhh...
Jarak dari penginapan kami ke spot utama lumayan jauh, jadi menyewa sepeda adalah alternatif terbaik. Namun, tak ada salahnya juga berjalan kaki karena hampir sepanjang jalan  Anda akan disuguhi pemandangan indah pantai. Sesampainya di tempat yang dituju, tidak usah bingung sepeda akan hilang karena ada tempat parkir khusus sepeda dan tentunya tidak gratis, hitung-hitung berbagi rezeki ke penduduk lokal. Kami berjalan kaki melewati Jembatan Cinta, terus berjalan jauh sambil berfoto-foto hingga akhirnya sampai di Pulau Tidung kecil. Ternyata guide kami Mute juga jarang menyambangi tempat ini, untung ada kami ya Mut. heheeh apa hubungannya?!!!
Pulau ini terdiri atas dua pulau yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Diantara kedua pulau ini dibangun jalan untuk pejalan kaki sehingga para wisatawan dapat menikmati kedua pulau ini tanpa perahu. Kabarnya Pulau Tidung Kecil ini tidak berpenghuni, sangat berbeda jauh dengan Pulau Tidung Besar yang ramai.

16.00 WIB
Ramainya suasana sore hari sempat mengurungkan kami untuk memicu adrenalin melalui banana boat, donat, dan saya tidak tahu lagi apa namanya, maaf huhu. Hingga akhirnya sebagian dari kami memutuskan memakai pelampung dan menaiki banana boat yang sama-sama hasil rebutan (nasib liburan peak season) di kawasan ini. Menurut saya banana boat yang saya naiki kurang kencang sehingga rasanya biasa saja, padahal kalau terlau kencang juga saya takut, upss.

Tak usainya memicu adrenalin, para lelaki ingin menunjukkan kegagahannya dengan melompat ke laut perkiraan sedalam 2-3 meter dari spot khusus yang disediakan di Jembatan Cinta, yaa ini adalah icon Pulau Tidung. Saya ajak teman-teman perempuan untuk ikut melompat juga, akan tetapi tak ada satupun yang mau. Akhirnya, berbekal pelampung karena bukan perenang profesional, saya meyakinkan diri ditemani Aa Erik untuk melompat bersama-sama. Tarik nafaass, optimis, tiba-tiba....

"Hitungan ke tiga ya, 1, 2, ...."
"Tar dulu deh... ko tiba-tiba deg-degan gini ya!!"
"Gpp ko, pake pelampung ini"

Dalam hitungan detik, entah kenapa nyali saya ciut dan perlahan mundur. Optimisme sudah terkumpul tapi rasa takut saya lebih besar daripada itu. hehhe. Hati saya pun berkata, dasar penakut! Ujung-ujungnya mencoba menghibur diri dengan makan bakso yang dibeli bersama di warung pesisir pantai. Sambalnya mantappp. Jempol dua buat Yani yang merekomendasikan bakso ini terhadap saya. Tak lama kemudian, akhirnya senja semakin tampak dan kami memutuskan untuk pulang.

19.00 WIB
Kami sangat menikmati kebersamaan ini, bercanda ria, hitung-hitung ajang reunian. Sambil menikmati ikan dan sosis bakar, obrolan kami tidak pernah ada habisnya. Sebagian dari kami menghabiskan suasana malam dengan berjalan-jalan kembali ke pantai sebelum akhirnya terlelap.

18 Agustus 2013

05.00 WIB
Dering handphone Asih yang berulang-berulang membangunkan saya, ingin rasanya tidur lagi namun Asih inii malah bercakap-cakap di telepon, berisikk Asihhhh.. hahha... Kalau bukan inget sun rise, lagi-lagi kalau bukan karena sedang di Pulau Tidung lebih baik tidur lagi. *aishhh parawan ngedul.

Sayang seribu sayang bangun jam 05.00 itu tidak cukup untuk hunting moment sunrise yang pas karena terpotong shalat, ganti baju dan bersepeda menuju lokasi.


Beautiful sun

Seusai menikmati sun rise, kami isi perut yang kosong ini dengan nasi uduk. Rasanyaa nikmat aja klo lagi lapar... Sarapan pagi ini kami percepat mengingat matahari yang perlahan meninggi membuat kami bergegas berjalan yang lumayan jauh melewati makam Raja Pandita dan akhirnya menuju ke tempat perahu kayu. Transportasi ini kami naiki karena kami akan snorkling yang spotnya lumayan jauh dari Pulau Seribu.

Snorkling Perdana 09.00 WIB
Finally, saya bisa snorkling juga walaupun dengan nafas tersengal-sengal dan batuk-batuk tak karuan karena ini snorkling perdana saya. Para lelaki terlihat semangat sekali renang kesana-sini untuk menikmati pemandangan bawah laut. Bagaimana dengan para perempuan? tak kalah seru, walaupun awalnya Triyani tidak mau ikut nyebur, alasannya klise karena ga bisa renang heheh... peace Yan! Saya juga ga bisa...

Saya membaca dari beberapa sumber bahwasannya aktifitas snorkling bisa dilakukan oleh orang yang tidak bisa berenang. Asal bisa menggerakkan kaki dengan benar, perlahan-lahan pasti bisa maju atau muter-muter spot tempat snorkling. beruntunglah jika Anda perenang handal, Anda bisa bebas berenang tanpa pelampung dan sedikit menyelam untuk melihat keindahan laut lebih dekat.

Ohh yaa...! Sayang seribu sayang tidak ada kamera underwater hiksss (nangis air laut)....
Sebelum pemberangkatan snorkling.

Narsis boleh kann yaa!!!

Ingin berpose rapih ketika snorkling tapi susah sekali.

Tidur di perahu kayu seusai snorkling ketika perjalanan pulang, hmmm nyenyak dan nikmat, padahal pakaian yang dikenakan masih basah tapi saya pules aja tuhhh. Hadeuhh!!!!

Sebenarnya masih pengen basah-basahan disini tapi waktu. Ya lagi... lagi waktu kami terbatas, kami ingin pulang siang ini dan tidak ingin tertinggal perahu seperti perjalanan berangkat. Oleh karena itu, usai snorkling kamar mandi homestay antri.. percis kaya di hamam ma'had. Tidak kuat dengan dingin, mondar-mandir seperti orang bingung, akhirnya saya tidak perlu antri untuk mandi karena saya mandi di rumahnya Mute hehe, thanks Mut. Ketika mandi, airnya ko masih asin ya, padahal bukan air laut. Resiko rumah pinggir pantai mungkin seperti ini tapi tidak apalah yang penting saya bisa mandi dengan nyaman.

Dramaga, Pelabuhan Muara Angke & Stasiun Kota
12.00 WIB
Saya dan teman-teman sudah merapihkan isi rumah dan siap meninggalkan homestay. Raut-raut wajah lelah perlahan terlihat saat perjalan pulang. 
At Dramaga Tidung (Menunggu perahu pulang)


Penuhnyaa!!!
 Saking ramainya perahu yang ada di pelabuhan Muara Angke, kami harus turun dan melawati perahu biru ini agar bisa sampai di daratan.

Menunggu KA itu membosankan juga

Hampir sebagian dari kami tiba di rumah pada malam hari, terutama yang rumahnya jauh dari kota Jakarta seperti saya. Akhirnya, perjalanan kali ini selesai, menyenangkan dan alhamdulillah kembali dengan selamat. Sampai jumpa di trip selanjutnya kawan. Terima kasih, big hug for all of u, my friends.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar