Minggu, 12 Januari 2014

Melangkahkan Kaki ke Kota Tua Jakarta

Minggu, 5 Januari 2014

Seusai mandi akhirnya saya melirik jam dinding.

"Hah, jam 08.05, berarti saya terlambat" ujarku dalam hati.


        Perjalanan yang harusnya dimulai pukul 08.00 hanyalah jadi mimpi. Akhirnya saya aktifkan handphone yang belum terisi penuh baterainya untuk mengirim sms kepada seseorang yang ikut perjalanan kali ini. Namanya Erik, saya sih manggilnya Aa. Seseorang yang siap menemaniku  ke mana pun saya ngebolang sampe kebelet pun siap hehe, terkecuali ke gunung ( I'll tell u the reason latter, maybe banyak dedemitnya kali disana). Yes, he is the one for me lol.
      Kami berangkat dari rumahku pukul 08.45 dan sampai di stasiun KA Bojonggede dan langsung membeli tiket dengan tujuan Kota Tua, harganya Rp10.000,-/orang (ongkos ke Kota Tua+kartu KA Commuter). Tak perlu khawatir terlewat, karena Kota Tua adalah stasiun pemberhentian terakhir. Tak lama kami menunggu di jalur pemberangkatan, akhirnya kereta datang dan kami tidak mendapatkan tempat duduk, apessnyaa jadi berdiri deh sampai akhir tujuan. Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam lebih.

10.45
Depan stasiun kota.

"Terus kemana lagi ya kita?" ujarku dengan nada kebingungan.
"Ya sudah jalan aja dulu, lewat sini kayaknya" balasnya.

       Kami memang belum pernah berkunjung ke Kota Tua Jakarta walaupun kami asli dari kota tetangga yaitu Bogor, kurang gaul kali yaa..ckckckc kecuali stasiun kota, saya pernah mengunjungi stasiun ini tahun lalu ketika trip ke Pulau Tidung. Setelah puluhan meter berjalan kami belum menemukan Kotu (Kota Tua) itu di mana dan yang terlewati pertama kali adalah Museum Bank Mandiri. Kami pun penasaran dan memasukinya.

       "Bagi nasabah Bank Mandiri masuknya gratis mbak tapi klo untuk non nasabah ya bayar Rp2.000,-/orang" petugas tiket museum berkata.

Patung-patung ini lagi ngapain ya??
       Setelah membayar, ehh Aa baru sadar dan mengeluarkan atm mandiri. Yaelah telattt..... Di museum ini kami bisa melihat-lihat alat penghitung uang dari zaman dulu dll, . Naik ke lantai dua tapi lampu remang-remang gitu, jadi males lama-lama karena bikin serem. Puas mengitari gedung ini, kami pun keluar dan Aa pun bertanya ke pak satpam.

"Pak, Kota Tua sebelah mana ya?"
"Lurus saja, ga begitu jauh ko"
"Makasih ya pak"

     Kotu sudah terlihat dengan jelas, beberapa meter di sebelah kiri sebelum masuk kotu ternyata Museum Bank Indonesia. Berjalan mendekati museum BI, kami mendengar satpamnya berbicara kepada pengunjung yang ingin masuk, katanya harap mengantri karena pengunjungnya sedang penuh. Nanti sajalah kalau begini, heuhhh.. Kami menyebrang dan akhirnyaaa.

"Welcome Kota Tua" senangnyaaaa.

      Wahhhh, awal memasuki area kotu ko rame dan banyak pedagang yaa, mirip di Jalan Pemda dan Sempur kalau di Bogor mah. Uniknya di kotu ini, ada orang-orang yang bergaya khusus untuk difoto dan di depannya terdapat properti foto beserta keranjang untuk menerima upah foto seikhlasnya. Saking bingungnya karena banyak orang berkostum dan properti yang aneh, sampai bingung ingin berfoto dengan yang mana, lieurr... Oh iyaa Museum Sejarah Jakarta sedang tutup.

"Teh, foto sama yang itu aja, mau ga?" pertanyaan Aa membuyarkan kebingunganku.
"Ehmm.. bolehh deh." dengan nada sumringah
"Pake  topi sama tembakannya dong?"

Berikut hasilnya. jrenggg...jrenggg!!!

Manusia batu dan saya, salam damai.

      Perjalanan berlanjut, kami memasuki Museum Seni Rupa & Keramik, HTM Rp5000/orang. Sesuai dengan namanya kami disuguhi berbgai macam koleksi kesenian. Karya-karya lulusan IKJ pun terpampang di sini. Berjalan-jalan, lihat-lihat, foto-foto, baca tentang keterangan karyanya. Itulah kegiatan kami di museum. Sama seperti museum sebelumnya, di dalamnya terdapat taman dan ada tempat shalat juga lohh. Namun, jam di tangan saya baru menunjukkan pukul 11.45, setengah jam lagi ke dzuhur. 

Abaikan penampakkan di tengah, tangganya unik.

Berfoto bersama lukisan besar.
          Seusai dari museum ini kami mencari tempat makan siang yang teduh dan nyaman.makan siang harga makanan di sini tergolong murah, tapi tetap saja makanan di sekitar kampus saya masih jauh lebih murah daripada di sini hiiihiiyy. Saya menyantap seporsi soto ayam+nasi seharga Rp15.000,- sedangkan seporsi ketoprak yang di santap Aa Rp10.000,-. Pokoknya jangan takut kelaparan, banyak jajanan di sini. Makanan berat dan ringan, semuanya tersedia.

13.00
           Belum puas berjalan-jalan, kami pun memasuki Museum Wayang. HTM Rp5.000/orang. Saya lebih senang berfoto-foto di sini karena wayangnya lucu-lucu dan juga unik. Nah, di museum ketiga yang kami kunjungi ini, kaki kami mulai terasa. Terasa apa??? PEGEL pake bangettt. Bingung mau mengistirahatkan kaki di mana, akhirnya setelah lama berjalan-jalan dan berfoto-foto di museum ini kami mendengar suara. Yahhhh, itu kan suara gamelan.

"Teh, kita balik lagi yuk nyari sumber suara itu di mana?"
"Boleh a."

Tiga menit kemudian.

"Ko engga ada ya?"
"Ya Aa, padahal udah cape-cape balik lagi."
"Kita ikutin jalan aja ya biar cepet keluar"
"Iya a."

        Ternyata, suara itu adalah pertunjukkan wayang dan tempat pertunjukkannya tak sengaja kami temukan seusai percakapan di atas. Tempat duduk agak depan tengah sengaja kami duduki di pementasan wayang ini. Lama-lama kelamaan bosan juga nonton wayang, tapi Aa terlihat menikmati sekali pertunjukkannya. Padahal ini adalah modusnya atas kaki yang pegel, saya pun begitu hehhe. Nyantai dululah!!
Golek raksasa di awal pintu masuk

Ini seni bukan por** hehe

Pertunjukkan remang-remang. aishhh...


Peta kotu, mendekati pintu keluar museum.
       Capeee, emang iyaa karena itu setelah dari museum ini kami ngemil dulu beli jajanan dan meneduh. Sudah beli jajanan di bawah ini, Kerak Telor pun terlupakan karna makanan khasnya katanya ya itu sama Es Selendang Mayang. Foto di bawah ini masing-masing Rp5.000,-

Otak-otak goreng renyah, ga ada nih di daerah saya.

Penasaran sama Es Selendang Mayang

      Kami baru enggeh kalau kotu ini ada di seberang stasiun. huhhhuu. Niat kami mau langsung pulang tapi kami melihat-lihat pantomim dan yang satu lagi ga tau namanya (cambukin tanah), kami penasaran karena belum naik sepeda khasnya kotu dan terjadilah tawar-menawar, tapi ga luluh-luluh tuh abangnya. Terpaksa deh, sepedanya Rp20.000/30 menit satu sepeda. Tidak sampai setengah jam kami naiki sepeda.


Tarikk mangg..! (Saya dan Erik)
        Ingin pulang melewati jalan terdekat tapi kami kan belum ke Museum Bank Indonesia. Jadi, ya ke sini dulu. Saya paling exciting sama museum ini, secara masuknya gratis dan kaya mau take off di bandara aja karena kami dan juga tas diperiksa, lalu barang-barang wajib dititipkan kecuali dompet, kamera & gadget. Selain itu museum ini menyimpan mata uang di Indonesia dari zaman dahulu dan berbagai macam mata uang di dunia. Semua uang yang ada di sini ASLI! Pantes, pelayanan keamanannya ketat sekali dan museum ini menurut saya terlalu luas, kan saya jadi cape muterinnya hehee.

Berat sekali ternyataa.

Ekspresi punya banyak batangan emas, huekkk!

Bulatan dekat tangan saya adalah kaca pembesar, untuk melihat uang yang bentuknya kecil.

Coba seragam pramuka warnanya seperti ini.

16.00
     Setelah sekian lama mengantri membeli tiket (Rp5.000/orang pemberhentian Bojonggede) kereta yang kami tunggu akhirnya tiba. Rebutan tempat duduk pun terjadi, alhamdulillah kami bisa duduk walaupun yang enak bisa duduk sampai pemberhentian stasiun tujuan hanya saya. Capek tidak bisa sebawel ketika berangkat, kami sampai di Bojonggede dan berjalan ke tempat penitipan motor. Tempat penitipan motor ini banyak ko di sekitar stasiun ini. Murah juga hanya Rp3.000/motor tapi lagi-lagi kami baru sadar ketika pertengahan jalan pulang, lampu depan sebelah kiri motor potong (kalo Bahasa Sundanya ngampleh). Intinya murah tapi motornya kurang terjaga. Sabar yaa Aa hehe.

Semoga jalan-jalan pembuka di awal tahun ini menjadi jalan bagi trip seru selanjutnya. Sekian.



Silahkan tinggalkan komentar. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar